ASAL USUL DAN SILSILAH RAJA SIGALINGGING
ASAL USUL DAN SILSILAH RAJA SIGALINGGING
Dari Raja Batak hingga Penciptaan 18 Bona Nipinasa
Penulis : Drs. Albion Sigalingging (Op. Raisa)
Editor : LOT Bakhtiar Sigalingging
---
Kata Pengantar
Penulisan ini lahir dari niat untuk meluruskan dan menegaskan kembali sejarah serta silsilah keturunan Raja Sigalingging, sebagai bagian dari warisan besar bangso Batak. Selama beberapa generasi, kisah tentang asal-usul marga sering disampaikan secara lisan dan mengalami banyak penafsiran. Melalui naskah ini, penulis berupaya merangkai kembali data tarombo dari sumber tertulis dan kesaksian penutur adat agar generasi mendatang memiliki rujukan yang kokoh dan sah secara budaya maupun ilmiah.
---
1. Asal Mula Bangsa Batak dan Jalur Naiambaton
Bangsa Batak berasal dari wilayah pegunungan utara Danau Toba. Dalam tradisi lisan, leluhur utama dikenal sebagai Raja Batak, yang memiliki dua anak:
1. Guru Tatea Bulan,
2. Raja Isumbaon.
Dari Raja Isumbaon lahirlah Tuan Sorimangaraja, yang kemudian menurunkan tiga cabang besar:
1. Sorbadijulu (Naiambaton),
2. Sorbadi-jae (Naisuanon),
3. Sorbadi-banua (Nairasaon).
Cabang Naiambaton inilah yang kelak menurunkan Raja Sitempang (Raja Natanggang), lalu Raja Sigalingging.
---
2. Raja Sitempang (Raja Natanggang) dan Garis Keturunannya
Sorbadijulu (Naiambaton) menikah dengan Tuan Laem dan menurunkan Raja Natanggang, yang bergelar Raja Sitempang. Gelar Sitempang diberikan karena keadaan fisik sang raja yang berbeda namun berhikmat.
Dari istri pertama (Tuan Laem) lahir Raja Hatorusan, yang kemudian berhijrah dari Tano Sumba.
Dari istri kedua (Boru Porti Mataniari – boru Siraja Oloan) lahir tiga anak:
1. Tanjabau / Raja Sitanggang / Raja Pangururan,
2. Raja Sigalingging / Raja Pangulu Oloan,
3. Seorang putri yang menikah dengan Malau Raja.
---
3. Raja Sigalingging – Pangulu Oloan
Raja Sigalingging, bergelar Raja Pangulu Oloan, memperistri boru Naibaho Sitangkaraen dan menurunkan tiga putra utama:
1. Sigorak,
2. Sitambolang,
3. Parhaliang / Garingging (Ajinembah).
Dari ketiga putra inilah berkembang garis-garis keturunan Sigalingging di berbagai wilayah Batak dan sekitarnya, membentuk jaringan marga yang besar dan berpengaruh.
---
4. Hijrah Tiga Anak Raja Sigalingging dan Lahirnya 18 Bona Nipinasa
Pergerakan tiga anak Raja Sigalingging merupakan fase penting dalam pembentukan permukiman dan penyebaran marga.
I. Sigorak
Berangkat dari Lumban Sigalingging Sait Nihuta menuju:
Dolok Sanggul → Pakkat → Siambaton → Manduamas → Dairi → Silalahi Nabolak → Boang (Aceh Singkil).
II. Sitambolang
Menetap dan berpindah di:
Rianiate → Tanolapang → Tanjung Bunga → Tarabunga Palipi → Ronggur Nihuta → Sigumbang → Simalungun → Merek Karo → Silahi Nabolak → Parbuluan → Porsea → Parapat.
III. Parhaliang (Garingging / Ajinembah)
Menurunkan marga dan perkampungan di:
Garingging (Raya Kahean – Simalungun), Garingging (Merek – Karo), dan Boang (Aceh Singkil).
Perjalanan ketiga putra ini melahirkan 18 Bona Nipinasa, antara lain:
Lumban Sigalingging Sait Nihuta (Pangururan), Tanjung Bunga, Tarabunga Palipi, Sirait Uruk Porsea, Parbuluan Dairi, Siborong-borong, Humbahas, Tapteng, Simalungun, Karo, hingga Aceh Singkil.
Setiap bona menandai titik kehidupan dan kemandirian satu keturunan Sigalingging.
---
5. Makna Budaya Bona Pasogit, Bona Nipinasa, dan Huta Hagodangan
Bona Pasogit : tanah asal tempat leluhur pertama menetap; bagi Sigalingging, terletak di Desa Sait Nihuta, Kec. Pangururan, Kab. Samosir.
Bona Nipinasa : tempat keturunan (oppu) hidup berdomisili secara rukun dan membangun huta.
Huta Hagodangan : tanah atau kampung di mana seseorang dibesarkan serta mencari kehidupan.
Makna-makna ini memperlihatkan filosofi Batak tentang hubungan darah, tanah, dan adat: di mana pun keturunan berada, mereka tetap pulang hatinya ke bona pasogit-na.
---
6. Analisis Ilmiah dan Nilai Adat
Kajian genealogis menunjukkan bahwa Marga Sigalingging berakar kuat pada jalur Naiambaton, bukan Raja Sonang, sebagaimana ditegaskan oleh berbagai tarombo dan penutur adat. Garis ini menjelaskan posisi Sigalingging sebagai cabang dari Raja Sitempang, cucu Naiambaton.
Secara sosial, marga ini termasuk kelompok Sihabolon Oloan, yang dikenal menjunjung tinggi nilai partuturon (kekerabatan) dan marsiadapari (gotong-royong).
Penyebaran hingga 18 bona menunjukkan adaptasi tinggi terhadap lingkungan tanpa kehilangan identitas asal.
---
7. Penutup
Naskah ini disusun untuk menjaga kesinambungan ingatan kolektif keturunan Raja Sigalingging, agar sejarah tidak terputus oleh waktu dan penafsiran keliru.
Semoga generasi Pomparan Sigalingging di mana pun berada memahami asal-usulnya dan menjadikan nilai-nilai leluhur—kesetiaan, kejujuran, dan kerja sama—sebagai pedoman hidup modern.
---
Daftar Sumber dan Narasumber
1. Buku Tarombo Raja Sitempang Anak Naiambaton, edisi koleksi keluarga (2002).
2. Drs. Albion Sigalingging (Op. Raisa) – kompilator dan penutur utama.
3. Pak Juven Sitanggang, Jefri Sitanggang (A Sirdo), Bungaran Sitanggang (Op Kayleen), Op. Gabe Sitanggang – narasumber tarombo keluarga.
4. Wawancara lapangan dan penelusuran adat di Sait Nihuta, Pangururan, dan Dairi (2024–2025).
---
📖 Demikian naskah pustaka ini disusun sebagai rujukan sejarah Marga Sigalingging, sumber pembelajaran generasi, dan arsip budaya Bangso Batak.
